BAHASA INDONESIA

Rabu, 30 Oktober 2013

KUMPULAN CERPEN SISWA LABSCHOOL UNTAD PALU

KUMPULAN CERPEN SISWA LABSCHOOL UNTAD PALU

PENYUNTING, DENNY KRISWANTO, S.Pd


TUGAS
BAHASA INDONESIA
    


NAMA : SURYADI
KELAS : X A
GURU : SIR DENNY KRISWANTO



2013
Justin and the dark-wood house
Justin adalah seorang cucu berusia 8 tahun dari keluarga Black Newton, seorang diplomat besar di Negara Lasvicious, Justin memiliki seorang ayah yang bernama Eric Newton dan ibu bernama Bella. Kehidupan Justin sangat suram saat ia mengetahui bahwa dia memiliki kelainan dan sering menghayalkan hal-hal mistik, ia sering membayangkan sesosok makhluk kecil yang aneh, dan slalu menggangunya. Apalagi Ayah dan ibunya memutuskan untuk hidup secara terpisah, hal itu membuatnya semakin merasa buruk.
Beberapa bulan kemudian semenjak perpisahan kedua orang tuanya.
“Justin, maafkan mama, kau harus pergi bersama ayahmu, ibu akan pergi ke Adlerland untuk sementara waktu, dan kau bisa tinggal bersama ayahmu dulu.” Ujar Mama Justin “ Tapi ma,jangan lama, aku takut jika harus sendirian.” Tukas Justin “takkan lama sayang” Jawab Mama.
Akhirnya justin diantarkan oleh mamanya kerumah ayahnya yang terletak di Pinggir perkotaan.
“Eric, aku titip justin padamu, kau taukandia takkan bisa tidur tanpa Woody boneka kesayangannya dan juga kau harus ingat dia takut pada kegelapan.” Ujar Bella “iya,,, aku tau itu, hm jaga dirimu baik-baik disana” Jawab Eric “hmm Oh iya... tiap minggunya akan ada Isac pembimbingnya yang akan datang tiap minggu, tenang saja aku telah memberitahu alamatmu.” Sambung Bella dan Eric hanya menganggukkan kepalanya.
Akhirnya Bella pergi ke Adlerland dan Justin tinggal bersama ayahnya.
“Justin besok kita akan pindah rumah di Kota Lasvia, dan ayah akan memperkenalkan seseorang padamu.” Ujar Ayah Justin “ Siapa itu ayah? Apa aku mengenalnya?” Tanya Justin “nanti Kau akan mengetahuinya justin” Jawab Eric.
Malam pun tiba...
“Selamat malam justin, tidurlah karena besok kita akan pindah rumah...” Ujar Ayahnya. “Baik ayah, oh ia yah, mana Woodyku?” Tanya Justin “oh ia ayah hampir lupa. Ini Woodymu, tidurlah sayang, ayah menyayangimu.” Tukas Ayah sembari mengecup kening justin.
Keesokan harinya pun tiba...
          “cepatlah Justin, kita harus pergi” Teriak Ayahnya. “Baiklah ayah!!” Jawab Justin
Mereka pun siap menuju Lasvia.
“Hm, Justin ini orang yang ingin ayah kenalkan padamu, dia adalah Kim, Calon istri ayah. 3 hari lagi kami akan mengadakan pertunangan” Ujar Eric “Hay justin aku Kim” Ujar Kim “Aku Justin J, kau sangat manis Kim” Tukas Justin sambil tersenyum... “oh haha thanks” Ujar Kim lalu mereka menuju rumah baru mereka. Dan akhirnya mereka pun tiba.
“Justin,kim inilah rumah baru kita, rumah ini berasal dari keluarga Blackwood. Ayah menghabiskan tabungan ayah untuk membeli rumah ini.” Ujar Eric “ayo kita masuk “ini rumah yang sangat besar ayah, bisakah aku bermain sepuasnya disini?” tanya justin “tentu saja” jawab Eric.
Akhirnya justin memasuki kamarnya, akan tetapi ia merasakan hal yang berbeda, dia seperti sedang di awasi oleh seseorang.
“siapa disana? Ayo katakan jangan membuatku menjadi sangat ketakutan” ujar Justin. “Justin... ayahmu sama sekali tak menyangimu, dia membencimu, apalagi ibumu. Justin kau harus ikut denganku aku ingin bermain  bersamamu” Ujar sosok misterius itu, yang kemudian menunjukkan wajahnya. Dan membuat Justin berteriak kuat dan sangat ketakutan. “ Oh Tuhan Eric, apa yang terjadi pada Justin di atas?” Ujar Kim ketakutan mereka pun segera berlari menuju kamar Justin, dan Justin berteriak-teriak terus. “Justin...” Ujar ayahnya dengan penuh kekhawatiran, “ayah, akutakut ayah,aku melihat sesosok makhluk kecil aneh, matanya sangat besar, gigi bertaring dan dia bilang kalau dia ingin bermain denganku ayah, dan dia juga bilang kalau ibu dan ayah tak menyayangiku.” Ujar Justin ketakutan “tenanglah justin,mungkin itu hanya ilusinasimu, tidurlah sekarang.” Ujar Ayahnya, “tapi ayah, aku serius” Tukas justin, “Sudahlah,Eric kau keluar saja, biarkan aku yang menemaninya disini.” Ujar Kim
“Justin, tidurlah sayang, aku akan menemanimu.” Ujar Kim “tapi jangan tinggalkan aku Kim, bahkan saat mataku sudah terlelap sekalipun, dan jangan matikan lampunya, aku takut.” Ujar Justin “Baiklah aku takkan meninggalkanmu.” Ujar Kim
Beberapa hari kemudian
“Oh Kim.itu gaun yang sangat indah untuk pesta pertunanganmu bersama ayah,” Ujar Justin “benarkah itu Justin, terima kasih” Jawab Kim “hem ayo justin aku akan memakaikan bajumu. Tapi aku akan keluar sebentar untuk mengambilkan parfumemu dulu.” Ujar Kim “baiklah” Tukas Justin...    namun tiba-tiba saja sosok itu muncul lagi dihadapan Justin “Justin ayo kita bermain” Ujar sosok tersebut yang jumlahnya semakin banyak.
          “Tidak, jangan ganggu aku,” Teriak Justin yang terus berteriak ketakutan “ Justin,,,, aku sangat ingin bermain denganmu “tidak....” lalu sosok tersebut tiba-tiba saja merobek gaun kim, “ pergi kalian... Kim,,, Ayah,,, Tolong Justin” Justin terus berteriak, dan membuat kim segera berlari menuju kamarnya“Ya Ampun, apa yang terjadi padamu Justin?” Tanya Kim, “kim aku takut akan melihat sosok itu lagi.” Ujar Justin sembari ketakutan. Tiba-tiba saja ayah Justin datang menghampiri mereka
“Oh Tuhan, Justin apa yang kau lakukan pada gaun Kim? Kau merusak semuanya, pertunangan ayah menjadi berantakan karena kau!” Ujar ayah justin dengan nada emosi “ Tapi ayah, aku sama sekali tak merusaknya.” Bantah Justin “Eric, sudahlah,ini bukan salah Justin, hemaku ingin bicara berdua denganmu” Ujar Kim
“Eric, sepertinya justin tak berbohong pada kita, sepertinya dia serius, bagaimanapun juga aku akan tetap akan membantunya, aku akan menemukan sosok yang sering bilang itu.” Ujar Kim. “terserah, kau saja, aku sama sekali tak percaya akan hal itu” Tukas Eric. Beberapa saat kemudian “Kim. Aku minta maaf, sumpah bukan aku yang melakukan hal itu kim” Ujar Justin, “Iya Sayang, aku percaya padamu.” Jawab Kim “Terima kasih banyak, tapi bagaimana caranya agar ayah percaya kalau aku tak berbohong.” Tukas Justin  “Tenanglah, aku akan membantumu, Justin sebentar lagi guru pembimbing mu akan datang” Jawab Kim, sambil memeluk Justin dengan hangat.
“menurutmu kau adalah orang yang hebat?” Tanya Isac “tentu saja,karena sebagian anak-anak sepertiku tidak bisa menggambar tangan dengan sempurna” Jawab justin “hmm, lalu apa warna kesukaanmu?” Tanya Isac lagi “Hitam” Jawab Justin “lalu,apa kau sering melihat hal-hal aneh?” Tanyanya lagi dan Justin hanya menganggukan kepalanya.
“Eric, hentikan mobilnya disini, aku akan bertemu dengan Tuan Nicholas, aku akan bertanya apa sebenarnya yang terjadi dengan rumah Blackwood.” Ujar kim “lupakanlah, Kim tak ada apa-apa yang terjadi dirumah itu.” Ujar Eric “kalau kau tak ingin hentikan mobil ini, aku akan melompat dari mobil ini,” Ujar Kim lalu Eric menghentikan mobilnya dan kim berlari menuju rumah sakit tempat Nicholas dirawat.
“Nicholas, aku tau kau sedang dalam keadaan yang tak memungkinkan, tapi tolong bantu aku, sebenarnya apa yang terjadi dirumahmu itu?” Tanya kim “ Pergilah ke perpustakaan dizzx tengah kota, kau akan menemukan semua jawabannya disana dan juga buku-buku tentang rumah itu terdapat di loker 207.” Ujar Nicholas lalu Kim segera berlari ke perpustakaan
“15 menit lagi perpustakaan akan segera ditutup” Ujar operator perpustakaan tersebut. “hey, nona. Apa yang sedang kau cari.” Tanya penjaga perpustakaan. “Loker 207, Blackwood house” Ujar kim “ini dia, makhluk ini terkenal dengan nama Tough, dia tinggal diruang bawah tanah blackwood, dan dia mengincar gigi anak kecil untuk menjadi tumbalnya.” Jelas penjaga perpustakaan tersebut “terima kasih” Ujar Kim
“Justin, aku akan membantumu untuk membuat ayahmu percaya pada dirimu, dan kita akan segera pergi dari rumah ini gunakan kamera ini lalu kau ambil gambar dari makhluk itu, lalu perlihatkan pada ayahmu” ujar kim “iya” Jawab Justin.
“Eric,bisakah kau ikut aku sebentar keruang bawah tanah, aku ingin memperlihatkan sesuatu padamu.” Sahut kim lalu akhirnya kim memperlihatkan apa yang berada diruang bawah tanah sebenarnya. “Eric, Justin tak berbohong, makhluk itu benar-benar ada, kitaharus segera pergi, karena dia mengincar Justin” Ujar Kim namun tiba-tiba saja Justin berteriak “Kim... Ayah tolong aku,” Teriak Justin yang mulai ditarik oleh tought tersebut. “Eric, Justin,, ayo cepat Eric. “Justin, dimana kau??? Teriak Kim “Eric. Cepat sediakan mobil, aku akan mencari justin, cepatlah.” Teriak Kim dan Eric segera berlari menuju garasi mobil.
“Ya Ampun,,, Justin, aku akan datang” Teriak Kim yang melihat Justin yang hampir dimasukkan kedalam lubang. “Kim, tolong aku,” Teriak justin “lepaskan dia tougt, jangan berani sentuh dia.” Teriak kim “aku akan melepaskannya, asal kau mau menjadi penggantinya Kim” jawab Makhluk tersebut dan makhluk-makhluk tersebut melepaskan justin dan menarik Kim kedalam lubang, dan justin terus berteriak memanggil nama kim “kim... kim... aku sayang padamu, jangan tinggalkan aku dan juga ayah, kim...” teriak Justin lalu tiba-tiba saja Eric datang dan melihat justin sedang menangis “justin,” sahut Eric “Ayah, kim ayah dia pergi ayah” tukas Justin sambil menangis dan memeluk ayahnya dengan erat, dan setelah peristiwa itu, justin dan ayahnya tak lagi menempati rumah itu,dan mereka akhirnya hidup tanpa bayang-bayang Tought lagi, walaupun mereka masih sangat merindukan kim.
Setelah beberapa bulan akhirnya ibu justin kini kembali dari kota Adlerland dan justin kembali bersama ibunya dan sekitar 3 bulan kemudian ibu dan ayah justin kini rukun dan menikah kembali
Akhirnya justin bisa hidup bahagia bersama ayah dan ibunya. Dan telah melupakan tought dan kim


TAMAT... !!!
Keterangan :
cerpeninidibuatolehdua orang yaitusuryadidannurainunpadatahun 2012
nurainunadalahmantanseorangsiswismpn 3 palu yang sekarangbersekolah di sman 4 paludanmenurutsayamemilikibakatdalammembuatcerpen.
adapuncepen yang telahdiabuatantara lain :
·        Cintaiakuhinggaakhirhayatku
·        Angel si tomboy
·        Justin and the dark-wood house

MAU LEBIH BANYAK SILAHKAN




KUMPULAN PUISI SISWA LABSCHOOL UNTAD PALU KELAS XC

kumpulan PUISI SISWA XC.

PENYUNTING, DENNY KRISWANTO, S.Pd

BAGI YANG MAU DOWNLOAD LANGSUNG SAJA, SEMOGA KALIAN SUKA DENGAN KARYA ANAK-ANAK DIDIK SAYA 


















Kamis, 30 Mei 2013

REVIEW SASTRA ANAK



































Noam Chomsky, yang seorang linguis ‘penemu’ teori tatabahasa generatif transformasi itu, berkeyakinan bahwa dalam diri anak ter­dapat semacam “alat” yang dipergunakan sebagai sarana memperoleh bahasa. Sejak dilahirkan anak sudah memiliki pembawaan, bakat (innate capacity), yang berupa Language Acquisition Devices (LAD, alat pemerolehan bahasa) untuk memperoleh bahasa secara alami. Adanya innate capacity atau LAD tersebut menurut Chomsky dapat dipergunakan untuk menerangkan apa yang terjadi di dalam diri anak yang secara ajaib dapat belajar bahasa secara cepat. Namun demikian, semua orang sependapat bahwa dalam proses akui­sisi bahasa anak juga melewati tahap-tahap tertentu untuk “belajar” bahasa karena kemampuan sensori-motor yang masih terbatas. Pola bahasa, kata-kata, pertama anak yang dapat disuarakan adalah berupa bentuk-bentuk perulan­gan silabik vokal dan konsonan untuk akhirnya menjadi kata-kata tunggal. Misalnya, ucapan “ma-ma, ba-ba, pa-pa” yang pada umumnya berakhir dengan vokal dan kata-kata itu familiar yang sering didengarnya baik dari orang maupun benda atau binatang. Setelah berumur 18 bulan atau 2 tahun anak mulai mampu mempergunakan dua-tiga kata sebagai “kalimat” untuk mengekspresikan maksud dan tindakan, seperti “mama maem, dada papa, dada mama”. Dalam usia tiga tahun anak dapat memahami bahasa secara luar biasa. Proses internalisasi input struktur yang semakin kompleks dan kosakata yang semakin luas itu terus berlangsung sampai anak masuk sekolah, dan pada saat ini anak sudah ‘menguasai” bahasanya. Di sekolah anak tidak hanya belajar bagaimana mengatakan, tetapi juga belajar apa yang tidak boleh dikatakan dalam kaitannya dengan fungsi sosial bahasa (Brown, 2000:21). Maka, sekali lagi, bagaimana kita akan menjelaskan “perjalanan fantastik” ’fantastic jour­ney’ anak dalam proses pemerolehan bahasa yang begitu cepat itu. Hal itulah yang memicu lahirnya teori-teori akuisisi bahasa pada anak. Dalam proses akuisisi bahasa secara alami, anak memperoleh bahasa dengan menirukan, melihat dan menirukan orang berbicara, namun sebena­rnya anak tidak semata-mata sebagai peniru belaka. Ada bukti-bukti yang kuat bahwa anak jauh lebih banyak memahami bahasa daripada yang dapat diproduksi, dan hal itu sungguh di luar dugaan. (Hal ini pun juga terjadi dan berimbas pada dewasa: kita lebih banyak membaca daripada menulis). Dalam usia dua tahun anak sudah mampu “menemukan” struktur bahasa dan hal itu berlangsung terus-menerus dalam usia selanjutnya. Anak tampaknya mengkonstruksikan bahasa sistemnya sendiri untuk membuat diri paham. Di dalam diri anak terdapat hubungan yang erat antara perkembangan pemahaman secara kognitif dan kemampuan berbahasa sebagaimana anak mempergunakan bahasa sebagai sarana untuk mengorganisasikan dan menerangkan dunia.

Apa implikasi pemahaman terhadap proses pemerolehan bahasa anak tersebut bagi pemilihan buku bacaan sastra? Satu hal yang pasti adalah bahwa pemilihan bacaan itu mesti didasarkan pada materi yang dapat dipahami anak, yang dituliskan dengan bahasa yang sederhana sehingga dapat dibaca dan dipahami anak, dengan mempertimbangkan keserdahanaan (atau komplek­sitas) kosakata dan struktur namun, sekaligus juga berfungsi meningkatkan kekayaan bahasa dan kemampuan berbahasa anak. Dalam rangka pemahaman dan atau apresiasi suatu bacaan, ada beberapa hal yang terlibatkan, yaitu aspek intelektual, emosional, kemampuan berbahasa anak, dan struktur organisasi isi bacaan. Keempat hal tersebut harus mendapat perhatian dalam rangka seleksi bacaan anak. Oleh karena itu, dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu untuk menilai suatu bacaan yang akan dipilih. Misalnya: Apakah secara intelektual anak dapat memahami materi bacaan cerita itu?; Apakah secara emosional anak sudah siap untuk menerima isi bacaan itu?; Apakah secara kebahasaan anak sudah mampu memahami isi bacaan itu?; Apakah struktur organisasi isi cerita itu sudah dapat dijangkau oleh anak?; dan lain-lain yang relevan. Sebagai bahan pertimbangan di bawah ini dikemukakan beberapa karak­teristik anak pada kelompok usia tertentu sebagai salah satu kriteria pemilihan buku bacaan sastra anak (Brady, 1991:35–37). Namun demikian, kehati-ha­tian dan sikap kritis kita harus tetap diutamakan karena harus diakui adanya perbedaan tingkat kecepatan kematangan anak akibat kondisi kehidupan sosial-budaya masyarakat.



Anak usia 8 dan 9 tahun: (i) pemfungsian tahap berpikir op­erasional konkret (Piaget), berpikir kini lebih fleksibel dan hati-hati; (ii) pengalaman pada tahap kepandaian versus perasaan rendah diri (Erickson); (iii) penerimaan konsep benar berdasarkan aturan; (iv) adanya perhatian dan penghormatan dari kelompok kini lebih penting; (v) mulai melihat dengan sudut pandang orang lain dan sema­kin berkurangnya sifat egosentris; (vi) mengembangkan konsep dan hubungan spasial; (vii) menghargai petualangan imaginatif; (viii) menunjuk­kan minat dan keterampilan yang berbeda dengan kelompoknya; (ix) mempunyai ketertarikan pada hobi dan koleksi yang bervariasi; (x) menunjukkan peningkatan kemampuan mengutarakan ide ke dalam kata-kata; (xi) mem­bentuk persahabatan yang khusus. Anak usia 1012 tahun: (i) pemfungsian tahap operasional konkret (Piaget), dapat melihat hubungan yang lebih abstrak; (ii) pengalaman pada tahap kepandaian versus perasaan rendah diri (Erickson); (iii) penerimaan ma­salah benar berdasarkan kefairan; (iv) memiliki ketertarikan yang kuat dalam aktivitas sosial, (v) meningkatnya minat pada kelompok, mencari kekariban dalam kelompok; (vi) mulai mengadopsi model kepada orang lain daripada ke orang tua; (vii) menunjukkan minatnya pada aktivitas khusus; (viii) men­cari persetujuan dan ingin mengesankan; (ix) menunjukkan kemampuan dan kemauan untuk melihat sudut pandang orang lain; (x) pencarian nilai-nilai; (xi) menunjukkan adanya perbedaan di antara individu; (xii) mempunyai citarasa keadilan dan peduli kepada orang lain; (xiii) pemahaman dan penerimaan terhadap adanya aturan berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Anak usia 13 dan adolesen: (i) pemfungsian tahap operasional formal (Piaget), kemampuan untuk memprediksi, menginferensi, berhipotesis tanpa referensi; (ii) pengalaman tahap identitas versus kebingungan (Erickson); (iii) mungkin beralih ke tahap otonomi moral (tahap 5 dan 6 menurut Kohlberg); (iv) menunjukkan kebebasannya dari keluarga sebagai langkah menuju ke awal kedewasaan; (v) mengidentifikasikan diri dengan dewasa yang dikagumi; (vi) menunjukkan ketertarikannya pada isu-isu filosofis, etis, dan religius; (vii) pencarian sesuatu yang idealistis.










Minggu, 30 September 2012

landasan hukum pendidikan indonesia



Landasan Hukum Pendidikan di Indonesia



1.1  Pendahuluan
Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan antar manusia, oleh manusia dan untuk manusia. Oleh karena itu pendidikan tidak pernah lepas dari unsur manusia. Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan itu diberikan atau diselenggarakan dalam rangka mengembangkan seluruh potensi manusia ke arah yang positif.
Pendidikan pada dasarnya adalah proses kumunikasi yang di dalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat (life long process), dari generasi ke generasi.
Guru merupakan pelaku utama dalam pendidikan, selain peserta didik. Guru yang baik adalah yang memiliki kemampuan atau kompotensi yang bisa diberikan kepada anak didik. Guru merupakan sosok yang memiliki kedudukan yang sangat penting bagi pengembangan segenap potensi peserta didik, dan menjadi orang yang paling menentukan dalam perancangan dan penyiapan proses pendidikan dan pembelajarana di kelas. Selain itu guru juga paling menentukan dalam pengaturan kelas dan pengendalian siswa, menilai hasil pendidikan dan pembelajaran yang dicapai siswa.
Untuk menjadi pendidik maka seorang guru dipersyaratkan mempunyai kriteria yang diinginkan oleh dunia pendidikan. Tidak semua orang bisa menjadi pendidik kalau yang bersangkutan tidak bisa menunjukkan bukti dengan kriteria yang ditetapkan. Dirto Hadisusanto, Suryati Sidharto, dan Dwi Siswoyo (1995) syarat seorang pendidik adalah: (1) mempunya perasaan terpanggil sebagai tugas suci, (2) mencintai dan mengasih-sayangi peserta didik, (3) mempunyai rasa tanggung jawab yang didasari penuh akan tugasnya. Ketiga persyaratan tersebut merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Orang terasa terpanggil untuk mendidik maka ia mencintai peserta didiknya dan memiliki perasaan wajib dalam melaksanakan tugasnya disertai dengan dedikasi yang tinggi atau bertanggung jawab. Menurut mereka juga bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah:
a. Kompetensi profesional
b. Kompetensi personal
c. Kompetensi sosial
Untuk konteks Indonesia, dewasa ini telah dirumuskan syarat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru menurut UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Pada pasal 10 undang-undang tersebut disebutkan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Guru yang baik adalah guru yang bisa menguasai keempat kompetensi di atas. Dewasa ini banyak kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam upaya mencari sosok guru yang baik dan memiliki kemampuan yang berkompoten. Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, maka kualitas guru harus dioptimalkan.


















1.2 Pembahasan
A. Arti Pendidikan
Pendidikan sebagai gejala universal, merupakan suatu keharusan bagi manusia, karena selain pendidikan sebagai gejala, juga sebagai upaya memanusiakan manusia. Berikut ini akan dikemukakam beberapa pengertian pendidikan menurut para ahli:
Lutan (1994) mengemukakan bahwa “pendidikan pada hakekatnya tetap sebagai proses membangkitkan kekuatan dan harga diri dari rasa ketidakmampuan, ketidakberdayaan, keserbakekurangan”.
Sudjana (1996: 31) seperti yang tersirat dalam “human capital theory”, mengemukakan bahwa “Manusia merupakan sumber daya utama, berperan sebagai subyek baik dalam upaya meningkatkan tarap hidup dirinya maupun dalam melestarikan dan memanfaatkan lingkungannya”. Menurut teori-teori ini konsep pendidikan harus dirasakan atas anggapan bahwa modal yang dimiliki manusia itu sendiri meliputi: sikap, pengetahuan, keterampilan dan aspirasi. Dengan perkataan, “modal” utama bagi kemajuan manusia tidak berada di luar dirinya melainkan ada dalam dirinya, dan modal itu sendiri adalah pendidikan.
Sementara George F. Knelled Ledi dalam bukunya yang berjudul Of Education (1967: 63), pendidikan dapat dipandang dalam arti teknis, atau dalam arti hasil dan arti proses. Dalam arti yang luas pendidikan menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh yang berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan jiwa (mind), watak (character), atau kemampuan fisik (physical Ability) individu, pendidikan dalam arti ini berlangsung terus menerus (seumur hidup) kita sesungguhnya dan pengalaman seluruh kehidupan kita.
Selanjutnya menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Dengan demikian dapat dimaknai bahwa pendidikan adalah proses sepanjang hayat dan perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia sebagai individu, makhluk sosial dan sebagai makhluk Tuhan.
Dalam pendidikan, secara implisit terjalin hubungan antara dua pihak, yaitu pihak pendidik dan pihak peserta didik dalam hubungan itu berlainan kedudukan dan peranan setiap pihak, akan tetapi sama dalam hal dayanya yaitu saling mempengaruhi guna terlaksananya proses pendidikan (transformasi pendidikan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan yang tertuju kepada tujuan-tujuan yang diinginkan.
B. Arti Mendidik
Mendidik diartikan sebagai memberi nasihat, petunjuk, mendorong agar rajin belajar, memberi motivasi, menjelaskan sesuatu atau ceramah, melarang prilaku yang tidak baik, menganjurkan dan menguatkan perilaku yang baik, dan menilai apa yang telah dipelajari anak, itu bisa dilakukan oleh semua orang. Dan tidak perlu susah-susah membuat pendidik menjadi profesional. Namun mendidik seperti ini tidak dapat menjamin anak-anak akan berkembang sempurna secara batiniah dan lahiriah.
Mendidik adalah membuatkan kesempatan dan menciptakan situasi yang kondusif agar anak-anak sebagai subjek berkembang sendiri. Mendidik adalah suatu upaya membuat anak-anak mau dan dapat belajar atas dorongan diri sendiri untuk mengembangkan bakat, pribadi, dan potensi-potensi lainnya secara optimal. Berarti mendidik memusatkan diri pada upaya pengembangan afeksi anak-anak, sesudah itu barulah pada pengembangan kognisi dan keterampilannya.
Berkembangnya afeksi positif terhadap belajar, merupakan kunci keberhasilan belajar berikutnya, termasuk keberhasilan dalam meraih prestasi kognisi dan keterampilan. Bila afeksi anak sudah berkembang secara positif terhadap belajar, maka guru, dosen, orang tua, maupun anggota masyarakat tidak perlu bersusah-susah membina mereka agar rajin belajar. Apapun yang terjadi mereka akan belajar terus untuk mencapai cita-cita. Inilah pengertian yang benar tentang mendidik. Melakukan pekerjaan mendidik seperti ini tidaklah gampang. Hanya orang-orang yang sudah belajar banyak tentang pendidikan dan sudah terlatih mampu melaksanakannya.
Keberhasilan pendidikan tidak ditentukan olah prestasi akademik peserta didik. Prestasi akademik otomatis akan muncul jika pendidikan berhasil. Prestasi seperti itu akan benar-benar mencerminkan prestasi akademik mereka masing-masing secara obyektif bukan karena mencontek atau cara-cara yang tidak sah lainnya, sebab para peserta didik telah memiliki budaya belajar yang positif. Kriteria keberhasilan mendidik tersebut adalah: (1) memiliki sikap suka belajar, (2) tahu tentang cara belajar, (3) memiliki rasa percaya diri, (4) mencintai prestasi tinggi, (5) memiliki etos kerja, (6) produktif dan kreatif, dan (7) puas akan sukses yang dicapai.
Kompetensi lain yang perlu diperkenalkan kepada calon guru untuk dipelajari, dipahami, dilatih, dan dilaksanakan setelah bertugas di lapangan adalah sejumlah perilaku pendidik dalam proses pendidikan yang bisa dipilih salah satu atau beberapa diantaranya yang cocok dengan tujuan pendidikan setiap kali tatap muka. Perilaku-perilaku pendidik yang dimaksud adalah:
1. Pendidik bertindak sebagai mitra atau saudara tua peserta didik.
2. Melaksanakan disiplin yang permisif, ialah memberi kebebasan bertindak asal semua peserta didik aktif belajar.
3. Member kebebasan kepada semua peserta didik untuk mengaktualisasi potensi mereka masing-masing.
4. Mengembangkan cita-cita riil para peserta didik atas dasar pemahaman mereka tentang diri sendiri.
5. Melayani pengembangan bakat setiap peserta didik.
6. Melakukan dialog atau bertukar pikiran secara kritis dengan peserta didik.
7. Menghargai agama dalam dunia modern yang penuh dengan rasionalitas. Hal-hal di luar rasio manusia dibahas lewat agama.
8. Melakukan dialektika nilai budaya lama dengan nilai-nilai budaya modern.
9. Mempelajari dan ikut memecahkan masalah masyarakat, yang mencakup ekonomi, sosial, budaya, dan geografis, termasuk aplikasi filsafat pancasila.
10. Mengantisipasi perubahan lingkungan dan masyarakat pendidik atau bekerja sama dengan para peserta didik.
11. Member kesempatan kepada para peserta didik untuk berkreasi.
12. Mempergunakan metode penemuan.
13. Mempergunakan metode pemecahan masalah.
14. Mempergunakan metode pembuktian.
15. Melaksanakan metode eksperimentasi.
16. Melaksanakan metode berproduksi barang-barang nyata yang mungkin bisa dipasarkan.
17. Memperhatikan dan membina perilaku nyata agar positif pada setiap peserta didik.
C. Tujuan Pendidikan
Menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, bab II pasal 3 pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan pendidikan. Adalah suatu yang logis bahwa pendidikan itu harus dimulai dengan tujuan, yang diasumsikan sebagai nilai. Tanpa dasar tujuan, maka dalam praktek pendidikan tidak ada artinya.
Ada bermacam-macam tujuan pendidikan menurut para ahli. MJ. Langeveld mengemukakan ada enam macam tujuan pendidikan, yaitu (1) tujuan umum, total atau akhir, (2) tujuan khusus, (3) tujuan tak lengkap, (4) tujuan sementara, (5) tujuan intermedier dan (6) tujuan insindental.
Tujuan pendidikan di Indonesia bisa dibaca pada GBHN, berbagai peraturan pemerintah dan undang-undang pendidikan. Dalam GBHN 1993 dijelaskan bahwa kebijaksanaan pembangunan sektor pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, keratif, terampil, beridsiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif, dan sehat jasmani-rohani. Indikator-indikator tujuan pendidikan di atas dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
1. Hubungan dengan Tuhan, ialah beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pembentukkan pribadi, mencakup berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, dan kreatif.
3. Bidang usaha, mencakup terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif.
4. Kesehatan, yang mencakup kesehatan jasmani dan rohani.
Tujuan pendidikan di Indonesia seperti telah diuraikan di atas adalah untuk membentuk manusia seutuhnya, dalam arti berkembangnya potensi-potensi individu secara harmonis, berimbang dan terintegrasi. Bila hal ini dapat dilaksanakan dengan baik, sudah tentu harapan-harapan para ahli dapat tercapai. Tujuan pendidikan ini pun mengembangkan potensi-potensi individu seperti apa adanya. Meskipun ada kebijakan tertentu yang agak berbeda arah dengan tujuan ini dengan maksud-maksud tertentu, diharapkan kebijakan itu tidak terlalu dipertahankan. Dengan demikian secara konsep atau dokumen tujuan pendidikan Indonesia tidak berbeda secara berarti dengan tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan oleh para ahli pendidikan di dunia.










DAFTAR PUSTAKA

Siswoyo, Dwi, dkk. 2007. Ilmu Pendidikan. UNY Press. Yogyakarta
UU Sikdiknas. 2006. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003.
UU Guru dan Dosen. 2005. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Peraturan Menteri Nomor 18 Tahun 2007, tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan
Peraturan Menteri Nomor 11 Tahun 2005, tentang Buku Teks Pelajaran
Pidarta, Made. 2000. Landasan Kependidikan. Rineka Cipta: Jakarta
Peraturan Menteri No. 16/18. www.google.com, akses 22 september 2012











MAKALAH
Landasan Pendidikan

Landasan Hukum Pendidikan di Indonesia


LOGO.jpeg


DisusunOleh
Kelompok : III

Denny kriswanto      : Stb. K. 302 12 007
Burhan                        : Stb. K. 302 12
Hojianto                     : Stb. K. 302 12
Nirmayanti                : Stb. K. 302 12 



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA PASCA SARJANA UNIVERSITAS TADULAKO
2012